Rabu, 31 Oktober 2012

ADA SENYUM DI BULAN


ADA SENYUM DI BULAN :)---adalah SEULAS SENYUM BAGI MAMA :)

oleh Jazim Naira Chand pada 23 Juli 2012 pukul 13:25 ·
                                                        "Ada senyum di bulan" kata Anggita

Sebelum melanjutkan membaca catatan ini coba jawab teka-teki nih…jawab ya ^_*. Pokoknya di jawab. “AIR YANG DIPANASKAN TERUS MENERUS AKAN….” Silahkan isi titik-titiknya. Terserah saja sih… hehehe. Pasti banyak yang menjawab MENGUAP kan? Ehh…ngaku aja, gapapa kok ^_^. Lha ini kan pelajaran IPA waktu SD kita kan? Masak gak tahu sih? Hmm…Jazim pasti ngejebak nih… ada yang su’udzon pasti xixixi. Gak deh…aku hanya menulis ulang pertanyaan kok, itu adalah pertanyaan yang menarik ketika aku membaca buku karya saudaraku Murti Yuliastuti yang berjudul SEULAS SENYUM. Pada salah satu sub judulnya “SETETES AIR” ada pertanyaan itu. Waktu membacanya ya aku jawab juga dengan menguap. :D Nah…sekarang ingin tahu jawaban yang benar hehehe, siap-siap ya…serius nih :D. Waduh serius malah ketawa :D yup…jawabnya adalah: “Ketika air di panaskan terus-menerus akan HABIS” . Eits jangan bilang Jazim curang ya…ini pasti ketahuan siapa yang tidak bisa masak. Bahkan untuk masak air saja sampai gosong alias habis :D hayoo…ngaku saja ada kan yang pernah ngalami gitu? Yang pernah pasti ketawa lebar dech…yang agak jaga image (jaim2... bukan jazim2... :D) pasti senyum-senyum. Tuh kan… kamu ketahuan ^_*gak bisa masak dan masak air sampai habis (pancinya gosong tuh…)
  Oke serius sekarang ya… dalam buku SEULAS SENYUM, mbak Murti menuliskan hikmah dari pertanyaan sederhana di atas yang mengingatkan pada teka-teki lainnya: Bagaimana caranya menjaga setetes air di telapak tangan agar tak habis? (nah lho…kebalikan dari yang tadi yak?) kalau ini jawabnya adalah: Mengembalikan air tersebut ke samudra. Nah…itu sebuah jawaban bijak yang mungkin tak terfikirkan oleh kita. Di samudra setetes air tersebut akan lebih berguna dan tak akan habis menguap sia-sia. Lalu jika ibarat air itu adalah karuniahNya? Karuniah yang berupa pengetahuan, pengalaman hidup dan juga motivasi yang didapatkan dari proses pembelajaran di semesta kehidupan, sudah barang tentu…bagaimana menjadikan semua itu bermanfaat? ^_^ Ish…jazim kok nulis banyak tanya sih? It's oke, mbak Murti mengambil hikmah dari pertanyaan-pertanyaan di atas dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat yaitu mengamalkan (berbagi) apa yang dimilikinya untuk orang lain dengan cara menuliskannya yang akhirnya muncul atau lahirlah buku SEULAS SENYUM.
      

Membaca buku ini, aku senantiasa tersenyum. Ya…mungkin karena judulnya saja sudah SEULAS SENYUM. Jadi hampir selama membacanya senyum tidak terlepas dari bibirku.
Ohya mbak Murti aku tidak senyum-senyum tanpa sebab lho ya…hehehe.
Senyum yang terpahat bukan tanpa sebab, ada banyak hikmah indah disampaikan secara renyah oleh mbak Murti membuat pembacanya tidak merasa bosan atau digurui. Bahkan kesadaran yang lembut akan menyelusup perlahan tanpa dipaksa. (mudah-mudahan begitu juga pembaca yang lain ya…). tapi insyaAllah buku ini memang akan ‘menyentuh’ sisi-sisi yang selama ini mungkin enggan untuk disentuh. Sisi ruang hati, ruang jiwa dan entah dinding kehidupan kita yang mana dan kita sendiri merasa sudah wah. Atau sebaliknya sisi yang selama ini kita merasa lemah justru adalah keindahan yang tak tersadari. Buku ini akan mengajak kita 'tahu diri'.
        
             
Yang pasti…membaca bagian pertama SEULAS SENYUM aku sudah tersenyum lebar, bahkan tertawa kecil. Kebetulan kali pertama aku membaca buku ini adalah saat aku berada di Bus Kota menuju tempat kerja. Aku sempat tertawa kecil dan membuat orang di sampingku menoleh. Mungkin takut kali ya…hahaha. “ini mbak kenapa ya?” mungkin itu dibenaknya. Demi membuat dia tidak takut, aku langsung tunjukkan cover buku sambil tersenyum padanya tanpa kata. Hasilnya? Dia juga langsung tersenyum saudara :D. Energinya sama....kena dah! Dan aku kembali membuka lembaran-lembarannya. Mengapa aku memberi judul catatan asal-asalan ini dengan ADA SENYUM DI BULAN, ah rasanya semua pada tahu kalau aku suka bulan jadi ketika membaca ucapan si cantik Anggita (putri cantiknya mbak Murti) saat melihat bulan sabit ini aku langsung mengikat sebuah judul tulisan untuknya. Aku belajar ketulusan dari ucapan tulusnya… ”ada senyum di bulan” ungkapan sederhana tapi kaya makna. Dan mbak Murti menangkap ucapan itu dengan begitu indah hingga melahirkan karya SEULAS SENYUM ini.
           Oke kembali ke buku SEULAS SENYUM. Ini Jazim nulisnya lompat sana-lompat sini yak? ^_* Saat membacanya…dijamin dah pokoknya bibir Anda tidak berhenti tersenyum. Kisah perjalanan hidup yang mungkin sederhana seperti aku sampaikan di atas, dikemas renyah oleh mbak Murti. Beberapa dan mungkin sebagian dari tulisan ini tidak jauh dengan apa yang terjadi padaku. Namun, tetap saja aku berterima kasih pada mbak Murti bahwa lewat buku ini, aku bisa semakin melembutkan pekanya hati. Ada saat kita perlu diingatkan (disegarkan kembali) dengan apa yang sudah bisa kita ambil hikmahnya. Aku pun belajar, menata diri, kelak…nasehat-nasehat di buku ini aku yakin insyaAllah akan sangat berguna bagiku. Mbak Murti telah berbagi pengalaman hidup, dan itu adalah guru terbaik bagi kita yang mau berfikir. Menunduk sesaat, memilah rasa atas kisah perjalanan di dalamnya. Mendewasakan hati dan jiwa, jika kita memang benar-benar rela, ikhlas membuka hati untuk sebuah perubahan menuju kebaikan. Walaupun hati diajak menunduk hening tetap saja bibir akan tersenyum membaca setiap larik kisah di buku ini.
          Anda ingin tahu kisah mbak Murti yang bikin aku ‘ngakak’ di kantor hari ini? (kebetulan aku membaca SEULAS SENYUM sebelum bikin CATATAN INI waktu rehat siang). Judulnya “1.250 anak tangga”. Penasaran kan? Memang ada apa? Apa mbak Murti habis naik turun tangga rumahnya berkali-kali ya? Tapi aku berikan sedikit bocorannya ya… SELAMAT ANDA TELAH TURUN DAN MENAIKI 1.250 ANAK TANGGA. SEMOGA TAMBAH SEHAT DAN SUKSES. Eits….pasti ada yang tersenyum nih…karena mungkin sudah pernah mengalami hal yang sama. Dan buat mbak Murti…aku benar-benar membayangkan apa yang terjadi padamu mbak hahaha… ^_* kayaknya gak sampai gempor dech mbak xixixi. Karena waktu aku ke tempat itu, aku masih kelas dua SMA, artinya energiku juga masih fresh banget dan aku juga seperti krucils yaitu lari-lari turun naik tangga :D Oke…mungkin ini saja catatan ‘seulas senyumku’ untuk kali ini. Waktu istirahat sudah lewat :D harus kembali kerja nih… ah bahagia rasanya dipertemukan dengan buku sederhana yang renyah dan kaya makna ini. Insyaallah buku ini bermanfaat bagi kita yang mau membuka hati untuk semakin lebih baik. Aamiin.

 
Jadi kengen Anggita cantik…ternyata setahun yang lalu kita bertemu kali pertama di Wisma Guru PGRI, Tanah Abang III Jakarta, 23 Juli 2011 (launching Nasional buku Ibuku Adalah Segalanya Bagiku). Waktu itu aku kira kau tak mau kugendong sayang, ternyata…Anggita begitu indah menerima uluran tanganku untuk kugendong :D

http://www.facebook.com/notes/jazim-naira-chand/ada-senyum-di-bulan-adalah-seulas-senyum-bagi-mama-/10151958992215253

Note ini pas bangets, renyaah...bikin aku sumringah, terimakasih bangets ya Jazim. Tadinya udah mau langsung kumasukin blog, niat copas http, kok gak bisa,karena gaptek, jadi biasalah nunda2 trus lupa, dan tadaa tetep aja kucopas tulisannya. Ups...mau belajar ngeblog lagi :)

1 komentar: