Senin, 31 Desember 2012

SALAH SATU HARTA YANG INGIN KUMILIKI


“Ada lebih banyak harta yang terkandung di dalam buku ketimbang seluruh jarahan bajak laut yang disimpan di Pulau Harta,” begitu wasiat ampuh Walt Disney

Itulah kenapa aku berusaha bisa terus membaca buku, mengisi rak buku, dan juga nguber kuis buku gratis. Dapat buku gratis itu ya, meski nominalnya mungkin hanya beberapa puluh ribu, tapi berasa ketiban rezeki nomplok. Satu buku selalu tak cukup, meski kadang sederet kalimat pun sudah bisa mengubah hidup. Satu lagi yang kusuka adalah dapat kesempatan menerbitkan buku. Bagiku bisa menerbitkan buku (semoga hanya berisi hal2 baik) adalah suatu obsesi & kebahagiaan yang tak ternilai. Ini salah satu harta yang ingin kuwariskan pada krucils. Salah satu impianku, ada buku yang kutulis (dan benar-benar dibaca, berguna, disukai, dan dibanggakan krucilsku) diantara koleksi buku yang ada di rak buku rumah kami. 

Jadi ketika pagi ini aku memandangi voucher diskon penerbitan Rp 250.000  (hadiah lomba Menulis surat Dahlan Iskan itu sudah expired di 31 Desember 2012) rasanya getun. Mungkin sebenernya aku bisa ngorek celengan sejumlah Rp. 750.000, tapi kok aku nggak punya naskah buat buku yang pas untuk kuloloskan. Ya ketika akan menerbitkan secara indie, hati nuraniku adalah editor handalnya. Menghela nafas panjaaang. Yo wis ikhlaskan, toh masih ada hadiah Paket Gratis Menerbitan Buku yang expirednya 30 Maret 2013. Kalau dalam waktu 3 bulan nggak bisa punya naskah yang bisa dijadiin buku, ya kebangeten. Nah, jadi sehari harus fokus nulis 1 halaman, 3 bulan pasti jadi 90 halaman. Bisa kan ? Kalau nggak bisa juga artinya aku belum meletakkan hatiku tuk menulis buku.

Selalu berdoa, semoga Allah berikan kemudahan & mampukan aku tuk mewujudkan keinginan ini, Aamiin


Minggu, 30 Desember 2012

BUKU BERSAMA -MERAJUT CINTA LANSIA


Kisah Inspirasi
Merajut Cinta Lansia
Naqiyyah Syam, dkk

Daftar Isi:
• Mencintaimu Sepanjang Usiaku (Indah IP)
• Selamat Jalan, Bu Yan (Haya Aliya Zaki)
• Telinga Didamba Lansia (Murti )
• Lelaki Gagah Berhati Emas (Venala)
• Berdamai Dengan Stroke (Aprilina Prastari)
• Memahami dan Memaklumi (Annisa Widiyarti)
• Merajut Cinta Lansia (Anita)
• Diary Yangti (Shinta Handini)
• Komandan Hansip Itu Mertuaku (Lia Herliana)
• Cinta Terindah Bersama Emak (Tati Amalia )
• Kesabaran Mendampingi Lansia (Nunung Yuni A)
• Semangat Kebangsaan Ibu Nuri (Indah Juli)
• Yang Paling Berharga (Fitra Chakra)
• Saat Itu Terlalu Singkat, Ma’e (Ella Sofa)
• Isyarat Cinta (Binta Al-Mamba)
• Hari-Hari Senja Ayahku (Wylvera W)
• Memaknai Cinta (Dhanietha Nugroho)
• Perjalanan Mbah Suli (Nunik Utami)
• Kenangan Tentang Bapak (Linda Satibi)
• Tip-tips Ringan Bersama Lansia
• Tips Menjadi Pendengar Lansia
• Kala Ada Konflik Lansia
• Tips Menu Sehat Untuk Lansia
• Tips Merawat Lansia Lumpuh
Insya Allah, akan segera terbit, kabarnya sedang naik cetak. 
               Jadi ingat ditarik Mbak Nunung Yuni Anggraini  masuk dalam proyek antologi ini, terima kasih ya :), senang dan sedikit grogi karena ternyata penulis yang bergabung di sini penulis ternama semua. Alhamdulillah, yang makin bikin seneng ikut antologi itu karena otomatis aku pasti beli (atau dapat) dan baca bukunya. Aku bisa membaca banyak cerita yang memperkaya hidup, dan tentunya nambah teman/makin mengenal tulisan apik para penulis ternama :)

INI AKAN JADI KENANGAN YANG MEMBAHAGIAKAN

Buka Tabloif Nyata edidi 2165, 1 Januari 2013 ada liputan acara Bisolvon Smart Mommy Inspiration. Alhamdulillah, ada foto & namaku di antara 5 pemenang Cerita Inspirasi Terbaik...Ini akan jadi kenangan yang membahagiakan. Terima kasih Tabloid Nyata & Bisolvon :)

Jumat, 28 Desember 2012

NONTON LIVE IDOLA CILIK


Kamis sore dapat tawaran nonton idola cilik dari sahabat dumay Dwi Aprily yang menang kuis RCTI berhadiah tiket nonton live idola cilik hari Jumat di studio RCTI

Studio RCTI ini dekat dengan tempat kerjaku duluuu, yang artinya paling nggak perlu waktu 2 jam buat pergi ke sana.dari Depok (kalau lancar).  Aku sendiri sih oke aja, lha wong ini daerah Jakarta yang kuhafal luar kepala. Ngecek jam acaranya, ternyata jam aman (bukan jam pergi & pulang kerja yang potensial muaceet). Tinggal berdoa semoga nggak hujan, karena ini daerah banjiiir.

Alhamdulillah, Jumat berkah, langkah kami dipermudah Allah. Acara dimulai jam 12.30, sampai sana langsung dapat tiketnya tanpa prosedur yang berbelit trus masuk studio, duduk, acara langsung mulai.



Whuaa….seneng lagu pembukanya Dua mata saya, Hidung saya satu…Anggi ikut nyanyi sambil tepuk tangan, trus makin seneng karena setelah itu ada property sapi di panggung dan Fena nyanyi lagu Anak Gembala. Nah sesudah itu gantian si Mas yang seneng karena Ivan dan kemudian Rafli nyanyi lagunya Peterpan, Sahabat dan Bintang di Surga. Mama sih sebenarnya lebih suka anak2 ya nyanyi lagu anak. Untungnya tim juri sempat ngulas tentang lagu yang dinyanyiin Rafli yang sebenarnya kurang pas buat anak, plus saat ditanya arti/isi lagu tersebut Rafli juga nggak tahu. Si Mas sempat nanya, emang itu lagunya nyeritain tentang apa sih Ma ? Bintang kan ? (Mama juga nggak tahu, boro2 artinya, liriknya aja nggak hafal). Jadi kalau nyanyi itu penting juga buat ngerti isi lagunya lho !
 

Begitu acara selesai, agak panik nih, karena jalanan di depan studio udah tergenang air, mungkin tadi hujan lumayan deres. Si Mas sih seneng main becekan, dan kami di bawah rintik hujan langsung ngacir ke Masjid (psst, alamaak belum shalat Dhuhur). 
 

Selesai sholat, lega deh, udah gak hujan dan perjalanan pulang nyaman, lancaaar.

Hari ini udah nambah pengalaman baru, yang nggak pernah terpikirkan sebelumnya, ternyata krucils seneng juga. Tadinya sempat khawatir krucils nggak menikmati karena memang kami jarang  nonton acara ini di TV. Ini liburan tanpa rencana yang menyenangkan. Terima kasih ya tante Dwi Aprily, Rangga & Anggita jadi punya pengalaman baru yang seru, eh Mama juga, ketemu langsung Mama Ira itu berasa gimana, haha masih ingat Cinderella, si sepatu kaca, dan ternyata Rangga ternganga waktu mama cerita, Mama Ira itu dulu penyanyi cilik, trus juga main film, kayaknya sih seumuran Mama tuh. Owhalah ternyata Rangga nggak tahu lho, mama Ira itu dulu terkenal. Yups, semua ada masanya 

Selasa, 25 Desember 2012

OPINIKU TENTANG SELF PUBLISHING


PARTNER DALAM SELF PUBLISHING ITU PENTING

Posted: 30-11-2012 08:08

Sender: 
 
           November 2010, adalah awal saya mengenal penerbitan indie/self publishing. Saat itu kebetulan 1 tulisan saya masuk dalam buku Charity for Indonesia. Sebuah proyek yang sangat mengesankan, karena selain seluruh hasil penjualan bukunya disumbangkan untuk kemanusiaan, mata saya juga menjadi lebih terbuka. Ternyata dengan niat, semangat berbagi, buku yang didanai terbitnya oleh donatur dan para penulis yang tergabung di proyek ini bisa menghasilkan nominal lebih banyak untuk disumbangkan. Ya, 300 buku habis terjual dalam waktu sebulan sejak terbit, dan Alhamdulillah Januari 2011 itu Charity for Indonesia bisa menyalurkan bantuan sekitar 18 jutaan (kalau saya tidak salah ingat) dari hasil penjualan buku tersebut (mungkin sekitar 3 kali lipat dari modal awal)
           Proses terbitnya juga cepat karena tim ini dikomandoi oleh kolaborasi penulis yang punya kemampuan mengedit, melayout, dan desain kover, bahkan buku ini tampil keren lengkap dengan ISBN, tak kalah dengan terbitan penerbit besar. Tidak hanya fisik tapi juga isinya sangat menginspirasi dengan banyak endorsement antara lain dari Taufik Ismail & Kang Abik di cover depan.
           Pengalaman kedua, kebetulan awal tahun 2011 itu, saya mendapat hadiah menerbitkan buku dari Leutikaprio, lini baru self publishing yang juga lahir di bulan November 2010. Saya tinggal menyerahkan naskah, mengomentari konsep cover kemudian approve dan terbitlah buku cantik saya Mom Wow di awal bulan Maret 2011.
           Berkaca dari dua pengalaman tersebut, saya jadi tahu bahwa menerbitkan buku itu tak harus antri, menunggu lama, dan bisa dikerjakan, diterbitkan sendiri secara self publishing. Sungguh saya beruntung, di awal menerbitkan karya, kebetulan saya dapat pengalaman mengesankan dengan self publishing 2 kali berturut-turut. Ya, saya patut bersyukur, mulai menekuni menulis di era dengan banyak pilihan yang memudahkan kita menerbitkan karya.
           Kali ini, saya tak akan membahas tentang plus minus cara menerbitkan buku dengan cara self publishing atau membandingkan dengan cara penerbitan konvensional. Saat kita telah memantapkan hati, menjatuhkan pilihan untuk menerbitkan buku secara self publishing tentu kita sudah tahu peluang dan tantangan yang menghadang. Kita sudah punya strategi, dan berani menanggung semua konsekuensi pilihan kita.
           Saya melihat dari pengalaman pertama saya tadi bahwa bila dilakukan dengan niat, sungguh-sungguh, serius, dan profesional maka banyak nilai plus yang kita dapatkan dari self publishing ini. Bila saat ini kita belum mumpuni untuk menangai segala hal tentang penerbitan yang menurut saya 'njlimet' ini, tentu bisa berkolaborasi dengan teman. Minta tolong desain, layout dan lain-lain, atau kalau nggak enak hati merepoti teman, toh saat ini banyak jasa yang bisa menjadi partner dalam self publishing, seperti Leutikaprio ini.
           Nah, pemilihan partner dalam ber'self publishing' ini adalah point yang sangat penting. Kenali dulu company profilenya, tengok website, lihat katalog, coba beli buku yang dijual untuk melihat hasil cetak dan mendapatkan pengalaman membeli buku di sini. Kalau kita suka bukunya dan nyaman bertransaksi, ini sangat membantu saat kita ingin membeli buku kita nanti. Setelah itu cermati keunggulannya, baca dan dengar testimoni penulis yang telah berpartner menerbitkan bukunya. 
            Bagi saya Leutikaprio adalah partner dalam ber'self publishing' yang cukup menunjang kesuksesan karya, bahkan kini saya menyebutnya 'one stop publishing', karena banyak pilihan yang bisa didapat di sini. Sekarang nggak hanya POD (Print On Demand) tapi juga bisa cetak massal dengan harga yang makin ekonomis. Diskon pembelian bukunya juga lumayan besar lho ! Saya sudah merasakan, tinggal serahkan naskah, ajukan konsep cover yang diinginkan (eh, tentunya setelah transfer pembayaran ya). Kalau ingin gratis sih bisa aja untuk cetak massal 600 pcs, itu biaya penerbitannya gratis, atau ikut event yang sering diadakan dan berhadiah penerbitan gratis, atau voucher diskon. Gratis itu memang menyenangkan, saya juga ngejar gratisan, tapi ingat jangan korbankan karya kita hanya karena iming-iming gratis. Pokoknya sebelum naskah/karya kita serahkan ke penerbit partner, cermati semua hal yang ditawarkan, temukan alasan/banyaknya kebaikan sebelum menjatuhkan pilihan 
            Akhirnya, semua kembali ke tangan kita, ke mana/di mana pun muara karya pilihan kita, pastikan itulah yang akan membuat kita makin bahagia, berdaya dan bermakna. Salam Live 2 inspire 
 
(Murti Yuliastuti, penulis Mom Wow & Seulas Senyum, Leutikaprio) 

Tulisan ini diikutkan dalam event Live 2 Inspire Leutikaprio, Alhamdulillah, meski bukan pemenang pertama, tapi lumayan dapat hadiah paket buku sebesar 70 ribu dan voucher penerbitan Rp. 100 ribu, terima kasih Leutikaprio

http://www.leutikaprio.com/opini/1211208/partner_dalam_self_publishing_itu_penting 

INSYA ALLAH, BISA NGELAHIRIN SELINGAN USIR PENAT KE-3

Mumpung sempat mau berbagi bahagia...Alhamdulillah, Selingan Usir Penat-ku, Mom Wow dan Seulas Senyum, insya Allah bisa punya adik.

Tanggal 14 Desember 2012 diumumin pemenang event Ultah Leutika Prio, Live 2 Inspire, dan bersyukur aku bisa dapat 1 hadiah paket penerbitan dari tips nulis, dan juga paket buku yang sampai saat ini masih kutunggu kedatangannya.

Tadinya nggak kepikiran mau nulis tips apa, tapi tiba2 tuing....baca TL twitter Leutika Prio kok jadi tersengat, dan inilah tipsnya

MENERBITKAN PeLit BERBEKAL C I N T A


Berawal dari baca TL Twitter Leutikaprio: "Yang pernah menerbitkan buku di Leutikaprio, harus ikut event Tips Nulis, jangan pelit bagi-bagi ilmu."
Jadi malu kalau dibilang pelit, tapi sekaligus mikir tips nulis apa yang mau dibagi ? (eh, ini bingung atau minder ya?) Wow akhirnya bisa juga berbagi dari inspirasi kata pelit tersebut (makasih ya mimin :))

PeLit itu apa sih ? Ini adalah Personal Literature, genre yang diperkenalkan Raditya Dika dengan buku Kambing Jantan, yaitu tulisan yang berisi pengalaman pribadi penulisnya. Jadi semuanya adalah kisah nyata. 
Oke, inilah PeTip (Personal Tip) dari saya untuk semangat menerbitkan PeLit (Personal Literatur)
Sederhana, ingat aja C I N T A

1. Cermati Pengalaman/Kejadian Sehari-hari
            Setiap kita punya cerita, berlimpah kisah gundah ataupun super indah. Ini adalah bahan dasar kita. Jadi cermati dan catat setiap kejadian. Cara mencatatnya gimana ? Nggak harus dengan program khusus, hingga membebani. Have fun aja, jalani hidup, nikmati hidup dan tuliskan ! Biasanya momen yang berkesan akan lekat di ingatan. Inti nulis PeLit itu sederhana : Kejadian/Pengalaman - Ingatan/Catatan - Tulisan yang enak dibaca

2. Inspirasi/Ide
               Asyiknya kalau nulis PeLit itu inspirasinya tak pernah henti, tak perlu susah-susah mencari, tak perlu berimajinasi.  Allah menghidangkan berbagai kejadian di hari-hari kita dan itu semua adalah sumber inspirasi untuk tulisan PeLit kita. Jadi ingat semua kejadian/pengalaman kita tiap hari bisa jadi inspirasi tulisan.

3. Niat Nyabit(Nyatat dan Diterbitkan)
               Niat itu penting. Minat aja nggak cukup, kalau nggak niat nyabit, tulisan sehebat apapun percuma,nggak akan ada yang baca. Perkuat niat maka kita akan makin cermat dan rajin mencatat pengalaman kita. Niat akan menyemangati kita untuk terus berusaha mencapai impian. Niat menghapus pesimis yang kadang datang tanpa diundang. Niatkan berbagi PeLit untuk menginspirasi dan jaga terus niat ini

4. Teknis Penulisan
               Kita bisa belajar teknis penulisan dari para pakar. Saya pun sedang belajar. Buku PeLit Raditya Dika itu melejit antara lain karena gaya penulisan yang segar, hingga kemudian trend cerita kocak meledak (tapi ingat PeLit nggak harus ditulis dengan gaya kocak, begitu juga sebaliknya nggak setiap cerita kocak itu PeLit karena ada yang sekedar fiksi). Berkiblat pada penulis senior bukan berarti sekedar mengekor. Jadikan mereka inspirasi dan terus berlatih untuk menemukan gaya penulisan sendiri. 
               Dengan teknis penulisan yang bagus, maka cerita yang sederhana, biasa-biasa saja bisa jadi luar biasa. Ini  hasil nguping Raditya Dika dalam talkshow : " Inti menulis itu adalah tentang bagaimana cara kita menunjukkan dan menceritakan sesuatu ke pembaca agar pembaca kita ikut merasakan apa yang ingin kita sampaikan." 
               Gaya bahasa, cara bertutur, pemilihan diksi, emosi yang kita masukkan dalam tulisan itu yang menjadi pembeda cerita kita. Emosi ini bisa benar-benar dirasakan pembaca lho. Tulisan yang ditulis dengan perasaan nyaman, sepenuh hati akan lebih bisa dinikmati (ini menurut saya). Bagaimana pun, setiap tulisan PeLit itu unik dan nggak pernah sama meski inspirasinya kejadian yang sama, selumrah kemacetan di Jakarta yang tiap pagi menimbulkan huru hara hari-hari.
               Temukan gaya menulis PeLit paling pas. Model kocak ala Raditya Dika, atau penuh perenungan dan kalimat menyentuhnya Asma Nadia, bisa juga kombinasi keduanya. Kalau saya lebih suka menambahkan perenungan ringan dari hal remeh yang terjadi tiap hari. Istilahnya sih ReHat (Refleksi Hati) mencurahkan isi hati disertai dengan pemikiran, renungan dan wacana yang membuka mata hati saya dan insya Allah membuat saya sendiri belajar lebih bijak kelak. 
               Gaya tulisan itu lama kelamaan terbentuk ya, nyatanya udah ada teman yang bisa mengenali gaya tulisan saya :) *bahagia

5. Ada kebaikan
            PeLit itu personal dan nyata, hingga subyektifitas atas kejadian/seseorang yang terlibat dalam kehidupan kita sehari-hari sangat perlu disikapi dengan hati-hati. Jangan pernah menjelek-jelekkan, menghina, menyakiti perasaan sesorang yang namanya kita tulis. Juga perlu ditanyakan pada yang bersangkutan. Saya pernah terkejut saat meminta krucil saya, 10 tahun membaca tulisan saya. Katanya : "Mama kenapa nulis aku yang cupu banget gitu, aku kan malu." Oh, ternyata apa yang menurut saya berkesan, dan inspiring bisa membikin krucil saya malu. Ini bikin saya lebih empati lagi sebelum menerbitkan PeLit saya.
              Satu lagi, jangan mengumbar aib, terjebak dengan keluhan dan kebanggaan berlebihan, hingga berkesan pamer (meskipun sebenarnya nggak ada maksud begitu ya). Hati nurani mungkin bisa jadi editor handal untuk PeLit yang akan kita terbitkan. Saya sendiri sedang belajar menjadi peka, dan sedikit mengurangi ego. Menurut saya selain menghibur, setiap pengalaman yang kita bagikan di dalamnya harus ada kebaikan, ada nilai positive, ada hikmah, pelajaran yang diambil. Singkatnya mungkin bisa menginspirasi diri sendiri dan pembaca tentunya.
              Akhirnya, kalau kita yakin, PeLit ini akan berguna buat kita dan pembaca, tak perlu ragu untuk mencari jodoh penerbit agar bisa jadi buku hingga bisa lebih banyak menginspirasi. Bisa dicoba dulu ke Leutikaprio, meski harus keluar modal, tapi kita akan senang melihat naskah kita tampil lebih menarik dan memudahkan untuk mengenalkannya ke teman-teman, juga lebih asyik bila kita ingin menawarkan naskah ke penerbit Mayor dalam bentuk buku yang apik kan ? Terakhir, selalu awali dan akhiri, iringi tulisan kita dengan doa dan niat berbagi kebaikan hingga hanya kebaikan yang akan kita bagi dan dapatkan kembali.
Semoga tip ini bisa ikut menginspirasi ya ~Live 2 inspire. Make a worth life by inspiring other~

(MURTI YULIASTUTI, Penulis MOM WOW & SEULAS SENYUM. Salah satu kontibutor dari Antologi : BE POSITIVE, SELAKSA MAKNA RAMADHAN, SEGALANYA BAGIKU, KISATA, SENANDUNG RINDU YANG KARATAN, ONE DAY IN A LIBRARY, HOPE FOR THE NEXT INDONESIA (baca ya...semua ini terbitan LeutikaPrio lho !) & ASMA NADIA INSPIRASIKU by Leutika ):D

Rabu, 31 Oktober 2012

ADA SENYUM DI BULAN


ADA SENYUM DI BULAN :)---adalah SEULAS SENYUM BAGI MAMA :)

oleh Jazim Naira Chand pada 23 Juli 2012 pukul 13:25 ·
                                                        "Ada senyum di bulan" kata Anggita

Sebelum melanjutkan membaca catatan ini coba jawab teka-teki nih…jawab ya ^_*. Pokoknya di jawab. “AIR YANG DIPANASKAN TERUS MENERUS AKAN….” Silahkan isi titik-titiknya. Terserah saja sih… hehehe. Pasti banyak yang menjawab MENGUAP kan? Ehh…ngaku aja, gapapa kok ^_^. Lha ini kan pelajaran IPA waktu SD kita kan? Masak gak tahu sih? Hmm…Jazim pasti ngejebak nih… ada yang su’udzon pasti xixixi. Gak deh…aku hanya menulis ulang pertanyaan kok, itu adalah pertanyaan yang menarik ketika aku membaca buku karya saudaraku Murti Yuliastuti yang berjudul SEULAS SENYUM. Pada salah satu sub judulnya “SETETES AIR” ada pertanyaan itu. Waktu membacanya ya aku jawab juga dengan menguap. :D Nah…sekarang ingin tahu jawaban yang benar hehehe, siap-siap ya…serius nih :D. Waduh serius malah ketawa :D yup…jawabnya adalah: “Ketika air di panaskan terus-menerus akan HABIS” . Eits jangan bilang Jazim curang ya…ini pasti ketahuan siapa yang tidak bisa masak. Bahkan untuk masak air saja sampai gosong alias habis :D hayoo…ngaku saja ada kan yang pernah ngalami gitu? Yang pernah pasti ketawa lebar dech…yang agak jaga image (jaim2... bukan jazim2... :D) pasti senyum-senyum. Tuh kan… kamu ketahuan ^_*gak bisa masak dan masak air sampai habis (pancinya gosong tuh…)
  Oke serius sekarang ya… dalam buku SEULAS SENYUM, mbak Murti menuliskan hikmah dari pertanyaan sederhana di atas yang mengingatkan pada teka-teki lainnya: Bagaimana caranya menjaga setetes air di telapak tangan agar tak habis? (nah lho…kebalikan dari yang tadi yak?) kalau ini jawabnya adalah: Mengembalikan air tersebut ke samudra. Nah…itu sebuah jawaban bijak yang mungkin tak terfikirkan oleh kita. Di samudra setetes air tersebut akan lebih berguna dan tak akan habis menguap sia-sia. Lalu jika ibarat air itu adalah karuniahNya? Karuniah yang berupa pengetahuan, pengalaman hidup dan juga motivasi yang didapatkan dari proses pembelajaran di semesta kehidupan, sudah barang tentu…bagaimana menjadikan semua itu bermanfaat? ^_^ Ish…jazim kok nulis banyak tanya sih? It's oke, mbak Murti mengambil hikmah dari pertanyaan-pertanyaan di atas dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat yaitu mengamalkan (berbagi) apa yang dimilikinya untuk orang lain dengan cara menuliskannya yang akhirnya muncul atau lahirlah buku SEULAS SENYUM.
      

Membaca buku ini, aku senantiasa tersenyum. Ya…mungkin karena judulnya saja sudah SEULAS SENYUM. Jadi hampir selama membacanya senyum tidak terlepas dari bibirku.
Ohya mbak Murti aku tidak senyum-senyum tanpa sebab lho ya…hehehe.
Senyum yang terpahat bukan tanpa sebab, ada banyak hikmah indah disampaikan secara renyah oleh mbak Murti membuat pembacanya tidak merasa bosan atau digurui. Bahkan kesadaran yang lembut akan menyelusup perlahan tanpa dipaksa. (mudah-mudahan begitu juga pembaca yang lain ya…). tapi insyaAllah buku ini memang akan ‘menyentuh’ sisi-sisi yang selama ini mungkin enggan untuk disentuh. Sisi ruang hati, ruang jiwa dan entah dinding kehidupan kita yang mana dan kita sendiri merasa sudah wah. Atau sebaliknya sisi yang selama ini kita merasa lemah justru adalah keindahan yang tak tersadari. Buku ini akan mengajak kita 'tahu diri'.
        
             
Yang pasti…membaca bagian pertama SEULAS SENYUM aku sudah tersenyum lebar, bahkan tertawa kecil. Kebetulan kali pertama aku membaca buku ini adalah saat aku berada di Bus Kota menuju tempat kerja. Aku sempat tertawa kecil dan membuat orang di sampingku menoleh. Mungkin takut kali ya…hahaha. “ini mbak kenapa ya?” mungkin itu dibenaknya. Demi membuat dia tidak takut, aku langsung tunjukkan cover buku sambil tersenyum padanya tanpa kata. Hasilnya? Dia juga langsung tersenyum saudara :D. Energinya sama....kena dah! Dan aku kembali membuka lembaran-lembarannya. Mengapa aku memberi judul catatan asal-asalan ini dengan ADA SENYUM DI BULAN, ah rasanya semua pada tahu kalau aku suka bulan jadi ketika membaca ucapan si cantik Anggita (putri cantiknya mbak Murti) saat melihat bulan sabit ini aku langsung mengikat sebuah judul tulisan untuknya. Aku belajar ketulusan dari ucapan tulusnya… ”ada senyum di bulan” ungkapan sederhana tapi kaya makna. Dan mbak Murti menangkap ucapan itu dengan begitu indah hingga melahirkan karya SEULAS SENYUM ini.
           Oke kembali ke buku SEULAS SENYUM. Ini Jazim nulisnya lompat sana-lompat sini yak? ^_* Saat membacanya…dijamin dah pokoknya bibir Anda tidak berhenti tersenyum. Kisah perjalanan hidup yang mungkin sederhana seperti aku sampaikan di atas, dikemas renyah oleh mbak Murti. Beberapa dan mungkin sebagian dari tulisan ini tidak jauh dengan apa yang terjadi padaku. Namun, tetap saja aku berterima kasih pada mbak Murti bahwa lewat buku ini, aku bisa semakin melembutkan pekanya hati. Ada saat kita perlu diingatkan (disegarkan kembali) dengan apa yang sudah bisa kita ambil hikmahnya. Aku pun belajar, menata diri, kelak…nasehat-nasehat di buku ini aku yakin insyaAllah akan sangat berguna bagiku. Mbak Murti telah berbagi pengalaman hidup, dan itu adalah guru terbaik bagi kita yang mau berfikir. Menunduk sesaat, memilah rasa atas kisah perjalanan di dalamnya. Mendewasakan hati dan jiwa, jika kita memang benar-benar rela, ikhlas membuka hati untuk sebuah perubahan menuju kebaikan. Walaupun hati diajak menunduk hening tetap saja bibir akan tersenyum membaca setiap larik kisah di buku ini.
          Anda ingin tahu kisah mbak Murti yang bikin aku ‘ngakak’ di kantor hari ini? (kebetulan aku membaca SEULAS SENYUM sebelum bikin CATATAN INI waktu rehat siang). Judulnya “1.250 anak tangga”. Penasaran kan? Memang ada apa? Apa mbak Murti habis naik turun tangga rumahnya berkali-kali ya? Tapi aku berikan sedikit bocorannya ya… SELAMAT ANDA TELAH TURUN DAN MENAIKI 1.250 ANAK TANGGA. SEMOGA TAMBAH SEHAT DAN SUKSES. Eits….pasti ada yang tersenyum nih…karena mungkin sudah pernah mengalami hal yang sama. Dan buat mbak Murti…aku benar-benar membayangkan apa yang terjadi padamu mbak hahaha… ^_* kayaknya gak sampai gempor dech mbak xixixi. Karena waktu aku ke tempat itu, aku masih kelas dua SMA, artinya energiku juga masih fresh banget dan aku juga seperti krucils yaitu lari-lari turun naik tangga :D Oke…mungkin ini saja catatan ‘seulas senyumku’ untuk kali ini. Waktu istirahat sudah lewat :D harus kembali kerja nih… ah bahagia rasanya dipertemukan dengan buku sederhana yang renyah dan kaya makna ini. Insyaallah buku ini bermanfaat bagi kita yang mau membuka hati untuk semakin lebih baik. Aamiin.

 
Jadi kengen Anggita cantik…ternyata setahun yang lalu kita bertemu kali pertama di Wisma Guru PGRI, Tanah Abang III Jakarta, 23 Juli 2011 (launching Nasional buku Ibuku Adalah Segalanya Bagiku). Waktu itu aku kira kau tak mau kugendong sayang, ternyata…Anggita begitu indah menerima uluran tanganku untuk kugendong :D

http://www.facebook.com/notes/jazim-naira-chand/ada-senyum-di-bulan-adalah-seulas-senyum-bagi-mama-/10151958992215253

Note ini pas bangets, renyaah...bikin aku sumringah, terimakasih bangets ya Jazim. Tadinya udah mau langsung kumasukin blog, niat copas http, kok gak bisa,karena gaptek, jadi biasalah nunda2 trus lupa, dan tadaa tetep aja kucopas tulisannya. Ups...mau belajar ngeblog lagi :)

Selasa, 24 Juli 2012

SEULAS SENYUM-KU

Alhamdulillah, akhirnya aku bisa juga melahirkan SEULAS SENYUM (adik MOM WOW ini adalah Selingan Usir Penat ke-2, yang lahir di Leutikaprio). Bukan buku serius pastinya, berisi kumpulan tulisan sederhana yang nggak harus dibaca urut, dan nggak bikin kening berkerut. Senangnya ketika buku ini disambut dengan review dari seorang sahabat dekat yang sama-sama hobby ngekuis untuk bisa dapat buku gratis saat itu. Dwi Aprily...terima kasih ya, di tengah padatnya aktivitas, masih menyempatkan posting reviewnya. Aku cuplik di sini ya. Perhatian itu sungguh berarti bagiku :)
Dari Dwi Aprily  Mbak Murti sempat menorehkan "sumpah" saya akan menerbitkan sekuel MOM WOW sebagai Selingan Usir Penat, Seulas senyum adalah pembuktian dari sumpah beliau. Yang sering berinteraksi dan membaca tulisan mbak Murti pasti sepakat jika saya katakan tulisan beliau enak dibaca, ringan kadang jenaka tapi penuh pesan tersirat di dalamnya. Seulas Senyum berisi catatan, pemikiran singkat bukunya pun tidak terlalu tebal pas sebagai selingan usir penat. Tengoklah prakata yang ditulis beliau :
Seulas senyum adalah bahasa universal, pembuka perkenalan yang paling utama. Seulas senyum yang tampaknya sepele itu, jelas adalah sesuatu yang besar. Sebuah kebajikan yang mudah dilakukan dan memberi banyak manfaat buat kita. Seulas senyum penuh ketulusan adalah pancaran cinta, bahagia dan optimisme hidup. Dari seulas senyum kita belajar tentang sebuah keyakinan, keberartian, tentang suatu yang tinggi nilainya dibalik sesuatu yang teramat sederhana. Inilah semangat yang saya ambil, dan ingin saya bagikan lewat kumpulan tulisan di buku ini. Kebersamaan, Kesederhanaan, Cinta, Optimisme yang membentuk SEULAS SENYUM Bahagia. Semoga ReHat (Refleksi Hati) ini bisa menjadi Selingan Usir Penat, dan akan membekas meninggalkan seulas senyum bagi anda semua.Cheers !.
           Sebenarnya saya berharap cover bukunya lebih menjual, cover bergambar senyuman tulus dari beberapa orang tampaknya akan lebih menghidupkan pesan yang hendak dititipkan mbak Murti, cover gambar smiley ini bisa saja membuat khalayak berpikir buku ini untuk segala umur, padahal ada beberapa catatan singkat yang notabene khusus untuk pasangan suami istri seperti di notes : Tambah Sedekah dan Jangan Malu Bilang Cinta karena memang selain bercerita tentang kisah sehari-hari dengan para krucils, mbak Murti menyelipkan beberapa pemikiran, sebagian oleh-oleh dari pengajian untuk harmonisasi suami istri. 
           Jika Seulas Senyum dikategorikan catatan harian sepertinya kurang tepat, penempatan historikal tulisan kurang diperhatikan, di awal buku berkisah tentang Rangga yang sudah berusia 10 Tahun, di bagian belakang baru berusia 9 Tahun. Tetapi saya tak mau terlalu memusingkan hal hal detail yang malah mengurangi kenikmatan mengusir penat. 
           Membaca, tersenyum dan memikirkan kembali hal hal kecil yang berdampak besar bagi kehidupan kita, itulah yang ingin mbak Murti sampaikan, seperti kisah Ndilalah yang Indah di mana keajaiban terjadi saat beliau sedang bepergian bersama si kecil di hari hujan tanpa membawa payung dan beliau berharap berdoa mereka tak kehujanan saat harus oper angkutan beberapa kali (dan memang terjadi hujan seolah berhenti saat mereka membutuhkan) atau saat tidak sedang "online" ada teman yang meng sms ngasih tau ada kuis berhadiah buku di sosial media yang itu, kalau beliau tergerak hati untuk ikut biasanya menang (nah ini kisah nyata, pernah sekali ada kuis di twitter Asma Nadia , karena saya pikir membuat pantun mbak Murti lah ahlinya sementara dia bukan banci lomba seperti saya yang suka nyuri-nyuri waktu di sela jam kerja, segera saja aku meng smsnya dan bener deh suerrr dari segitu banyak peserta mbak Murti salah satu dari 3 pemenangnya).

Ehm, Dwi....ada bahasa beliau buatku  itu bikin aku tinggi, xixi..padahal kenapa aku sering menghilangkan panggilan Mbak sebagai panggilan kehormatan ke teman2 ? Bukan karena aku nggak menghormati tapi lebih karena aku ingin merasa dekat dengan hanya memanggil nama, ber-aku kamu..:)