Dari Dwi Aprily Mbak Murti sempat menorehkan "sumpah" saya akan menerbitkan sekuel MOM WOW sebagai Selingan Usir Penat, Seulas senyum adalah pembuktian dari sumpah beliau. Yang sering berinteraksi dan membaca tulisan mbak Murti pasti sepakat jika saya katakan tulisan beliau enak dibaca, ringan kadang jenaka tapi penuh pesan tersirat di dalamnya. Seulas Senyum berisi catatan, pemikiran singkat bukunya pun tidak terlalu tebal pas sebagai selingan usir penat. Tengoklah prakata yang ditulis beliau :
Seulas senyum adalah bahasa universal, pembuka perkenalan yang paling utama. Seulas senyum yang tampaknya sepele itu, jelas adalah sesuatu yang besar. Sebuah kebajikan yang mudah dilakukan dan memberi banyak manfaat buat kita. Seulas senyum penuh ketulusan adalah pancaran cinta, bahagia dan optimisme hidup. Dari seulas senyum kita belajar tentang sebuah keyakinan, keberartian, tentang suatu yang tinggi nilainya dibalik sesuatu yang teramat sederhana. Inilah semangat yang saya ambil, dan ingin saya bagikan lewat kumpulan tulisan di buku ini. Kebersamaan, Kesederhanaan, Cinta, Optimisme yang membentuk SEULAS SENYUM Bahagia. Semoga ReHat (Refleksi Hati) ini bisa menjadi Selingan Usir Penat, dan akan membekas meninggalkan seulas senyum bagi anda semua.Cheers !.Sebenarnya saya berharap cover bukunya lebih menjual, cover bergambar senyuman tulus dari beberapa orang tampaknya akan lebih menghidupkan pesan yang hendak dititipkan mbak Murti, cover gambar smiley ini bisa saja membuat khalayak berpikir buku ini untuk segala umur, padahal ada beberapa catatan singkat yang notabene khusus untuk pasangan suami istri seperti di notes : Tambah Sedekah dan Jangan Malu Bilang Cinta karena memang selain bercerita tentang kisah sehari-hari dengan para krucils, mbak Murti menyelipkan beberapa pemikiran, sebagian oleh-oleh dari pengajian untuk harmonisasi suami istri.
Jika Seulas Senyum dikategorikan catatan harian sepertinya kurang tepat, penempatan historikal tulisan kurang diperhatikan, di awal buku berkisah tentang Rangga yang sudah berusia 10 Tahun, di bagian belakang baru berusia 9 Tahun. Tetapi saya tak mau terlalu memusingkan hal hal detail yang malah mengurangi kenikmatan mengusir penat.
Membaca, tersenyum dan memikirkan kembali hal hal kecil yang berdampak besar bagi kehidupan kita, itulah yang ingin mbak Murti sampaikan, seperti kisah Ndilalah yang Indah di mana keajaiban terjadi saat beliau sedang bepergian bersama si kecil di hari hujan tanpa membawa payung dan beliau berharap berdoa mereka tak kehujanan saat harus oper angkutan beberapa kali (dan memang terjadi hujan seolah berhenti saat mereka membutuhkan) atau saat tidak sedang "online" ada teman yang meng sms ngasih tau ada kuis berhadiah buku di sosial media yang itu, kalau beliau tergerak hati untuk ikut biasanya menang (nah ini kisah nyata, pernah sekali ada kuis di twitter Asma Nadia , karena saya pikir membuat pantun mbak Murti lah ahlinya sementara dia bukan banci lomba seperti saya yang suka nyuri-nyuri waktu di sela jam kerja, segera saja aku meng smsnya dan bener deh suerrr dari segitu banyak peserta mbak Murti salah satu dari 3 pemenangnya).
Ehm, Dwi....ada bahasa beliau buatku itu bikin aku tinggi, xixi..padahal kenapa aku sering menghilangkan panggilan Mbak sebagai panggilan kehormatan ke teman2 ? Bukan karena aku nggak menghormati tapi lebih karena aku ingin merasa dekat dengan hanya memanggil nama, ber-aku kamu..:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar